Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp
Keterbatasan Teknologi dan Psikologi Anak Belajar Online
Siker.id | 24 Jan 2022 19:15


Bagikan ke
Keterbatasan teknologi serta psikologi anak saat belajar online. (siker)

siker.id - Proses pelaksanaan metode e-learning menerima pengaduan sejumlah orangtua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stress karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya. Kemungkinan besar, para guru memahami home learning adalah dengan memberikan tugas-tugas secara online, dan pengumpulannya pun online. Alhasil para siswa dan orang tua mengeluh. Seiring dengan 14 hari belajar di rumah, ternyata tugas yang harus dikerjakan anak-anak mereka di rumah malah sangat banyak, karena semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh dikerjakan lebih dari 1 jam. Akibatnya, tugas makin menumpuk-numpuk, anak-anak jadi kelelahan. Padahal, maksud belajar dari rumah sesungguhnya adalah memberikan aktivitas belajar rutin pada para siswa agar tetap terbiasa belajar, menjaga keteraturan. Karena keteraturan itu penting bagi anak-anak, agar ketika masuk sekolah kembali semangat belajarnya tidak padam dan materi pembelajaran tidak tertinggal. Jadi ritmenya bisa diatur bukan malah membuat anak tertekan, perasaaan tertekan dan kelelahan justru dapat berdampak pada penurunan imun pada tubuh anak. Pada masa social distancing sebagai upaya pencegahan penularan virus corona bukanlah sebuah proses yang mudah bagi para orangtua untuk melakukan pendampingan belajar dengan metode e-learning. Demikian juga bagi para guru, mendesain metode pembelajaran 'daring' dan 'non-daring' juga merupakan sebuah proses yang tidak bisa instant. Upaya penyesuaian jadwal, aturan penggunaan gadget bagi siswa, jam kerja orangtua, dan keterbatasan sarana dan akses fasilitas teknologi informasi tentu sangat berpengaruh.

Baca juga: Mengapa Lulusan Institut Teknologi PLN Dapat Kerja?

Bagi keluarga yang tinggal di kota akan relatif lebih mudah berupaya untuk menyesuaikan diri dengan metode e-learning ini, dari sisi fasilitas (gadget dan jaringan internet). Meskipun demikian dinamika psikologis keluarga pasti terjadi secara alami. Upaya maksimalisasi pencegahan penyebaran COVID-19 mewajibkan orangtua melaksanakan fungsi utama keluarga yang awalnya merupakan sistem sosial terbuka, karena masih bersosialisasi dengan sub sistem, seperti tetangga, komunitas, dan lingkungan masyarakat, tiba-tiba harus beralih menjadi sistem social distancing. Kegiatan e-learning kesempatan bagi anak untuk melatih life skill-nya. Life skill merupakan ranah afektif (sikap dan nilai) dengan cara kita latih kemampuan life skill anak yang menjadi kebutuhan dasar dan akan digunakan sepanjang hidupnya. Seperti, mencuci, melipat pakaian, berkebun, memasak, menyapu, menjemur, dan lain-lain. Kegiatan ini bisa dimasukkan ke dalam porto folio kemampuan life skill. Melibatkan anak dalam aktivitas orangtua merupakan media belajar dalam berkomunikasi dan membangun empati. Assesment (penilaian) kegiatan life skill, form kegiatan sehari-hari. Bagi yang bisa menggunakan internet, disediakan google form dan membuat dokumentasi berupa foto atau video. Bagi yang fasilitas IT nya terbatas bisa menggunakan buku catatan kegiatan harian yang ditanda tangani orangtua sebagai assessor siswa, dan di sini sang guru wajib melakukan koordinasi berkala. Misal, melalui jalinan komunikasi dalam bentuk surat dikirim melalui transportasi on-line (bila email atau WA pun tidak punya). Kalau di pedesaan komunikasi ini tidak mengalami kendala yang cukup berarti. Karena jarak antar rumah relatif lebar dan kepadatan penduduk masih skala aman, maka bisa dilakukan silaturahmi ke rumah dengan tetap menggunakan pengaman standar, masker dan jaga jarak. Assessment kegiatan motorik ini lebih mudah karena merupakan kerja nyata. Karya bisa menjadi bahan pameran saat masuk sekolah, karya lagu dan warming-up bagi yang memiliki keterbatasan sarana IT bisa digunakan dalam program tutor sebaya (teman sebagai guru) pada saat sekolah masuk kembali. Siswa hanya diberi tugas untuk membuat notasi musik dan gambar gerakan warming-up karya orisinilnya. Bagi yang memiliki fasilitas teknologi informasi, bisa membuat akun media yang digunakan sebagai lahan berbagi pengalaman dan inspirasi kegiatan kreatif. Kegiatan kognitif juga bisa beragam. Misalnya belajar tentang gaya tarik dan gaya dorong. Bagi siswa yang memiliki cukup fasilitas IT, mereka bisa dengan leluasa praktik, membuat dokumentasi hasil belajar, foto dan upload video. Bagi yang terbatas fasilitas teknologinya, guru bisa memberikan panduan kerja dan cara simpel untuk laporan sementara, contoh, lembar kerja yang berisi langkah-langkah percobaan gaya tarik dan gaya dorong, siswa menulis hasil analisa percobaan, kemudian hasil belajar diserahkan ke sang guru saat masuk sekolah.

Baca juga: Berikut 5 Kemampuan yang Tidak Bisa Digantikan Teknologi

Memberikan ruang pada orangtua sebagai assessor adalah hal terbaik. Koordinasi berkesinambungan antara guru dan orangtua menjadi jembatan penghubung akses informasi perkembangan siswa, minimal dengan teknologi yang mudah dan tidak menyulitkan. Seperti, buku penghubung antara orangtua dan guru. Orangtua menuliskan perkembangan anaknya dan saat masuk, guru akan mengolah data dari orangtua dan data dari hasil kerja siswa. Memaknai e-learning sebagai pengalihan proses belajar di sekolah dan dilakukan di rumah itu terlalu sempit. Tetapi jika semua pribadi, orangtua, guru, dan siswa sama-sama memaknai perubahan ini adalah media pembelajaran yang baik, maka segala keterbatasan akan ditemukan solusinya. Orangtua akan semakin mengenal kompetensi putera dan puterinya, guru mendapatkan kesempatan belajar lebih banyak hal. Bagaimana mengasah kemampuan komunikasi jarak jauh, saling menguatkan proses bersama orangtua, meningkatkan kualitas diri dengan kemampuan baru, dan terus belajar menjadi fasilitator terbaik.

Demikain artikel tentang proses pembelajaran online dan psikologi anak saat pembelajaran anak. Apakah anda sudah cukup memperhatikan anak ketika pembelajaran online? Jika kita sudah memperhatikan sang buah hati. Mari kita semua menerapkan pembelajaran online dengan baik untuk generasi masa depan. Apabila anda menyukai artikel ini, maka anda bisa bagikan kepada orang tua, anak, dan rekan kerja anda. Jika anda memiliki saran, kritik, dan komentar bisa menuliskan di kolom komentar. Terimakasih.

Baca juga: Berikut 5 Jurusan yang Paling Banyak Dicari Perusahaan


Editor: Theo Adi -

     

Komentar