icon Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp
Banjir Bukan Hanya Bencana Alam Biasa, Begini Penjelasannya!
Siker.id | 24 Jan 2022 17:30


Bagikan ke
Banjir tidak hanya sebatas pada bencana alam saja. (siker)

siker.id - Pada tahun ini di wilayah Indonesia sedang mengalami hujan lebat dengan intensitas lebat. Hujan lebat tersebut diantaranya berada di wilayah Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua. Hujan lebat ini sudah dialami dari awal bulan Januari dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga pertengahan bulan Maret. Intensitas hujan yang tinggi dan dalam jangka waktu lama ini mengakibatkan sejumlah wilayah terdampak banjir dan mengganggu aksesibilitas karena ruas jalanan ikut terendam air. Banjir yang terjadi ini tentunya menimbulkan banyak dampak negatif bagi masyarakat. Salah satunya adalah mendatangkan banyak potensi penyakit.

Baca juga: Apa Ciri Perusahaan yang Peduli Kesejahteraan Karyawannya?

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup memaparkan, banjir adalah momen dimana serangga penyebar penyakit marak bereproduksi. Dengan kondisi seperti ini, kasus penyakit seperti malaria dan demam berdarah dengue akan sangat banyak, sampai pada titik endemik. Dalam sejumlah kasus, warga yang sakit tidak mampu bertahan di tengah bencana banjir dan berujung pada timbulnya korban jiwa. Dalam empat dasawarsa terakhir ini, peningkatan jumlah penduduk Jakarta yang berlangsung pesat telah menyebabkan kawasan resapan air berkurang drastis karena beralih fungsi menjadi daerah lahan terbangun dan industri. Pada lahan-lahan yang sebelumnya menjadi daerah resapan air dilakukan betonisasi (pembetonan) dan aspalisasi (pengaspalan) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga tidak mampu menyerap air. Meningkatnya jumlah perumahan juga menjadi pemicu pengambilan air tanah yang dilakukan secara terus menerus yang kemudian berkontribusi terhadap berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap air di permukaan. Kecenderungan tersebut mengindikasikan bahwasanya ketersediaan lahan menjadi permasalahan yang penting bagi pembangunan. Semua ini merupakan konsekuensi logis dari semakin majunya pembangunan dan perekonomian. Pengambilan air tanah yang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan turunnya permukaan tanah (Land Subsidence). Secara umum, variasi laju penurunan tanah Provinsi DKI Jakarta yang terdeteksi adalah sekitar 1-15 cm per tahun.

Baca juga: Apa Dampaknya Bila Masih Sering Menunda Pekerjaan?

Beberapa faktor penyebab terjadinya penurunan tanah yaitu pengambilan air tanah yang berlebihan, beban bangunan (settlement), penurunan karena adanya konsolidasi (pemadatan) alamiah dari lapisan tanah, serta penurunan karena gaya-gaya tektonik. Daerah resapan air ini dapat didukung salah satunya oleh Ruang Terbuka Hijau. Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dapat berfungsi secara ekologis, sosial/budaya, arsitektur, dan ekonomi. Secara ekologis, RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani, dan sempadan sungai. Terhitung Juni 2019, Koordinator Sains dan Penelitian WRI Indonesia, Dean Yulindra Affandi menyatakan bahwa baru sekitar 14,9 persen Ruang Terbuka di Jakarta merupakan Ruang Terbuka Hijau. Padahal menurut UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang mensyaratkan kota harus memiliki Ruang Terbuka Hijau minimal sebesar 30% dari total Luas Kota terkait secara keseluruhan. Hal ini membuktikan bahwa Jakarta masih memiliki jumlah Ruang Terbuka Hijau yang kurang dan dibutuhkan pembaharuan mengenai tata ruang kota oleh pemerintah berwenang demi kesejahteraan kondisi lingkungan Jakarta itu sendiri.

Demikian artikel tentang bencana alam di Inonesia terutama bencana banjir yang menjadi kebiasaan. Apakah sudah cukup sadarkah kita akan lingkungan sekitar kita? Jika kita sudah sadar, mari kita semua lestarikan bumi kita dengan baik untuk generasi masa depan. Apabila anda menyukai artikel ini, maka anda bisa bagikan kepada orang tua, anak, dan rekan kerja anda. Jika anda memiliki saran, kritik, dan komentar bisa menuliskan di kolom komentar. Terimakasih

Baca juga: Berikut Pekerjaan yang Diprediksi Hilang Dimasa Depan


Editor: Theo Adi -

     

Komentar