Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp
6 Jenis Psikotes Kerja yang Sering Digunakan dalam Interview
Siker.id | 26 Mar 2024 11:13


Bagikan ke
ilustrasi jenis tes(siker.id/dok.freepik)

siKer.id- Sebelum melanjutkan ke proses interview kerja, kandidat terkadang diminta untuk mengikuti psikotes kerja oleh perekrut. Ini dilakukan sebagai salah satu cara perekrut untuk mengenal dan melihat kecocokan antara kemampuan serta kepribadian kandidat dengan posisi yang dicari perusahaan. Psikotes kerja yang diikuti oleh kandidat pun bisa jadi berbeda di setiap perusahaan. Pasalnya, ada macam-macam psikotes yang biasa digunakan perekrut dalam rekrutmen, seperti beberapa jenis psikotes kerja yang umum berikut ini.

Baca juga : 10 Pertanyaan HRD yang Paling Sering Diajukan

1. The Caliper Profile

Salah satu jenis psikotes kerja yang umum ditemui adalah The Caliper Profile. Tes ini mengukur bagaimana ciri kepribadian seseorang berkorelasi dengan performa kerjanya. Tes ini terdiri dari beberapa jenis pertanyaan. Ada yang berupa serangkaian pernyataan dan tugas kandidat adalah memutuskan pernyataan mana yang paling sesuai dengan sudut pandang mereka.

2. DiSC

DiSC digunakan untuk mengukur sifat utama seorang kandidat berdasar empat tipe kepribadian seperti Dominant (D), Influential (I), Steady (S), dan Compliant (C). Perusahaan biasanya menggunakan jenis psikotes ini untuk membantu memahami gaya perilaku profesional karyawan dan kemampuannya untuk bekerja tim. DiSC sendiri adalah tes yang ramah pengguna dan cenderung lebih singkat dibanding tes lainnya, karena terdiri dari 12 hingga 20 pertanyaan. Dalam jenis psikotes kerja ini, kandidat akan diberikan kata atau frasa lalu diminta memilih mana yang menurut mereka paling sesuai dengan mereka. Meski populer digunakan banyak perusahaan, namun DiSC dianggap tidak terlalu ideal. Pasalnya hasil tes hanya menunjukan kekuatan relatif dari satu kandidat saja dan tidak dapat dibandingkan dengan kandidat lainnya. DiSC juga tidak dianggap sebagai prediktor keberhasilan pekerjaan yang valid.

3. MBTI

Myers-Briggs Type Indicator merupakan salah satu jenis psikotes kerja yang juga kerap digunakan berbagai perusahaan dalam proses rekrutmen. Tes MBTI sendiri dirancang untuk melihat bagaimana preferensi seseorang dalam mengambil keputusan dan memandang sesuatu, mulai dari kehidupan pribadi, pekerjaan hingga gaya seseorang memimpin. MBTI terdiri dari 93 pertanyaan dimana kandidat akan diberikan dua pilihan pernyataan untuk menentukan kecenderuan yang paling sesuai dengan diri. Meski terbilang populer digunakan sebagai salah satu jenis psikotes kerja, namun beberapa kalangan juga menganggap jenis tes ini kurang pas untuk digunakan dalam proses rekrutmen. Sebab, tes ini dianggap lebih tepat untuk memahami bagaimana kandidat dapat bekerja dalam suatu kelompok, bukan untuk melihat apakah seorang kandidat cocok untuk posisi tertentu.

Baca juga : Berikut Penyebab Manajemen Kinerja Buruk

4. EPPS

Edward Personal Preference Schedule (EPPS) adalah salah satu jenis tes yang dijadikan alternatif dalam psikotes perusahaan.Tes ini terdiri dari 225 pernyataan berpasangan yang mengidentifikasi dan mengukur kandidat dalam beberapa skala. Misalnya seperti, achievement (kemampuan melakukan tugas dengan baik), dominance (kemampuan memimpin), change (kemampuan mengalami hal-hal baru), dan otonomi (kebutuhan untuk bebas dari tanggung jawab).

5. Tes Wartegg

Jenis psikotes ini pasti sudah sering kamu temui. Tes Wartegg adalah tes menggambar proyektif yang dikembangkan oleh psikolog Ehrig Wartegg pada kisaran tahun 1920 hingga 1930an. Bentuk tes ini terdiri atas delapan panel kotak putih di mana setiap kotak berisi tanda kecil yang digunakan sebagai titik awal yang harus diselesaikan oleh kandidat menjadi gambar. Tes ini didasarkan pada asumsi bahwa konten dan aspek kualitatif gambar dapat mencerminkan kepribadian orang yang menggambar.

6. Tes Pauli

Kamu juga pasti sudah familiar dengan salah satu jenis tes psikotes kerja ini. Tes Pauli pertama ditemukan oleh Richard Pauli pada tahun 1938 sebagai pengembangan atas tes Kraeplin yang ditemukan Emil Kraeplin. Tes ini terdiri dari 2000 masalah perhitungan dengan 50 angka di setiap kolomnya. Tugas kandidat adalah menghitung angka per angka secara sistematis dari atas ke bawah. Untuk menyelesaikan tes ini dibutuhkan energi dan konsentrasi penuh sehingga perhitungan dapat dilakukan dengan tepat. Biasanya tes ini akan digunakan untuk menilai motivasi, ketahanan terhadap stres, vitalitas, tujuan pada pencapaian, dan bagaimana kamu melakukan pekerjaan di bawah tekanan.

Baca juga : Membangun Sistem Evaluasi Kerja yang Efektif


Editor: Safira -

     

Komentar